DISKUSI PANEL: MEMBACA MEMBUKA PINTU DUNIA

Membaca merupakan ketrampilan yang harus dikuasai oleh individu. Namun dalam kehidupan individu belum menjadikan membaca sebagai budaya. Oleh karena itu STKIP Weetebula menyelenggarakan diskusi panel (Selasa, 25/10/2016) dengan tema “Membaca membuka Pintu Dunia”. Kegiatan diskusi panel ini menghadirkan nara sumber dari berbagai unsur. Unsur pemerintah yang diwakili oleh pemerintahan dari kabupaten Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Unsur LSM dari yayasan Dondres dan Sumba Harapan. Unsur kepala Sekolah SD, SMP dan SMA, dan unsur orang tua Siswa. sedang peserta diskusi lainnya adalah dosen STKIP Weetebula, mahasiswa, guru-guru, serta siswa SMA.

Kegiatan diskusi panel dipandu oleh Rm. Agustinus Daga, Pr,. M.Pd. kegiatan ini diawali dengan menonton video bersama, dalam video tersebut ditampilkan aktivitas membaca siswa disalah satu sekolah dasar di Kabupaten Sumba Barat Daya. Dari video tersebut dapat diketahui bahwa masih ada siswa kelas enam masih belum bisa membaca lancar.

Dari diskuski panel tersebut para panelis/unsur menguraikan akar persoalan budaya membaca orang Sumba yang masih lemah serta solusi yang ditawarkan yakni:

  1. Membudayakan budaya baca merupakan tanggung jawab bersama mulai dari lingkungan keluarga, sekolah (SD,SMP,SMA/SMK), dan masyrakata/LSM. Lembaga tersebut perlu menyediakan ruang/kesempatan bagi anak untuk mencintai buku. Misalnya dilingnkungan keluarga menyediakan pojok buku. Disekolah dengan menerapkan regulasi dari pemerintah yakni membaca 15 menit pertama sebelum kegiatan pembelajaran dan gerakan literasi sekolah. Sedangkan dari lingkungan masyarakat membuat pondok baca. Contohnya adalah “Umma Pande” yang difasilitas oleh yayasan Dondres dan Taman Bacaan yang dikelolah oleh Susteran ADM Sumba.
  2. Setiap anak mempunyai potensi untuk berkembang. Perlu pendekatan holistic dalam mengajarkan anak membaca. Oleh karena itu seorang mentor/pendamping/guru perlu memahami anak yang diajarkan. Pada prinsipnya adalah orang dewasa serta anak belajar bersama. Anak dalam membaca membutuhkan tahap dan membutuhkan model atau contoh, ketika orang tua meminta anaknya untuk belajar maka orang tua juga ikut belajar atau membaca Koran bukan menonton televisi.
  3. Membaca berkaitan dengan aktivitas manusia. Jadi setiap manusia tidak akan terhindar dari hal-hal yang berkaitan dengan huruf. Membaca merupakan ketrampilan dan bukan kemampuan. Setiap individu dilahirkan dengan macam talenta. Perlu ada ruang untuk mengembangankan talenta/potensi individu.
  4. untuk menjadikan membaca sebagai budaya maka perlu budaya baca. Mentor/orang dewasa harus menjadi model bagi anak.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Galeri Video

Loading