PELATIHAN KIT IPA BAGI GURU SD SEKACAMATAN LOURA
Pendidikan IPA dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan tentang konsep IPA, prinsip IPA, serta mengembangkan keterampilan prosen dan sikap ilmiah siswa. Hal tersebut sesuai dengan hakekat IPA yang mencakup proses, produk, dan sikap ilmiah. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pembelajaran IPA hendaknya menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Keterampilan proses siswa akan diperoleh jika dalam pembelajaran IPA siswa melaksanakan penelitian, walaupun sangat sederhana. Proses penelitian yang dilakukan siswa sesuai dengan metode ilmiah. Adapun langkah-langkahnya antara lain: merumuskan masalah, menduga, mengamati, mencatat data, mengolah data, dan menyimpulkan.
Agar pembelajaran IPA dapat berlangsung sesuai harapan tersebut, maka diperlukan beberapa hal, antara lain kemampuan guru dan sarana pendukung. Walaupun dalam proses pengamatan suatu kejadian alam, siswa dapat mengamati kejadiannya secara langsung di alam, namun dapat juga kejadian tersebut dihadirkan di dalam kelas melalui alat peraga IPA.Pemerintah telah mengirimkan sarana alat peraga IPA yang berupa KIT IPA untuk seluruh Sekolah Dasar.
Berdasarkan hasil survei selama melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) diperoleh data bahwa setiap sekolah di kecamatan Loura mendapatkan bantuan dari pemerintah baik berupa dana bantuan operasional sekolah (BOS) maupun bantuan berupa media dan alat bantu pembelajaran. Salah satu alat bantu pembelajaran yang disediakan oleh pemerintah adalah KIT IPA. Perangkat IPA ini terdapat di dalam suatu peti yang berisi alat bantu belajar IPA yang sering dijumpai di dalam sebuah laboratorium. Alat-alat laboratorium ini dapat digunakan oleh guru untuk didemonstrasikan atau dikerjakan sendiri oleh siswa. Namun dalam implementasinya, KIT IPA ini jarang digunakan oleh guru dan hanya tersimpan rapi dalam perpustakaan ataupun disimpan di gudang.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan proses belajar-mengajar IPA di SD, pemerintah telah menyediakan alat peraga IPA yang berupa KIT IPA dan mengirimkannya ke SD. Namun berdasarkan hasil observasi, terlihat bahwa belum semua guru SD memanfaatkan alat peraga yang telah dimilikinya tersebut. Berbagai kendala yang dijumpai dalam pemakaian alat peraga dalam proses belajar-mengajar IPA di SD, antara lain:
- Para guru kurang mengenal alat-alat dalam KIT IPA SD.
- Para guru belum terlatih menggunakan alat peraga yang terdapat dalam KIT IPA.
- Para guru tidak berani mencoba menggunakan KIT IPA SD yang tersedia karena takut rusak.
- Para guru tidak berani mencoba menggunakan KIT IPA SD yang tersedia karena takut terkena bahan kimia yang terdapat dalam KIT tersebut.
Adapun solusi yang ditawarkan dalam pengabdian masyarakat ini adalah a) memperkenalkan berbagai peralatan yang terdapat dalam setiap KIT IPA, b) melatih cara penggunaan KIT IPA, c) mendampingi dan melatih implementasi KIT IPA dalam pembelajaran di kelas. Solusi ini dapat dicapai dengan menyelenggarakan kegiatan pelatihan penggunaan KIT IPA bagi para guru SD di kecamatan Loura. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah peningkatan pemahaman dan keterampilan bagi para guru IPA SD di kecamatan Loura, kabupaten Sumba Barat Daya dalam hal penggunaan dan pemanfaatan KIT IPA.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Oktober 2017 mulai pukul. 08.00 WITA – 16.00 WITA dan bertempat di ruang Laboratorium MIPA Kampus STKIP Weetebula. Peserta dalam kegiatan ini adalah guru-guru SD dari sekolah dasar yang tersebar di Kecamatan Loura dan perwakilan mahasiswa PGSD semester V. Dari total 20 sekolah yang diundang, hanya 13 sekolah saja yang mengirim guru untuk mengkuti pelatihan ini
Kegiatan Pelatihan ini menggunakan tiga metode utama yakni metode ceramah, demonstrasi dan group investigation. Metode ceramah digunakan untuk menyampaikan materi seperti hakikat KIT IPA, pemaparan hasil observasi terkait KIT IPA di sekolah, serta pengenalan alat dan tata letak KIT IPA. Metode demonstrasi digunakan oleh narasumber dalam menunjukkan cara menggunakan KIT IPA untuk topik tertentu seperti magnet, dan listrik. Sedangkan metode group investigation digunakan oleh kelompok untuk berlatih menggunakan KIT IPA dengan pendampingan narasumber. Setelah itu dilanjutkan dengan pemaparan hasil investigasi oleh masing-masing kelompok.
Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pengisian daftar hadir bagi peserta dan doa pembukaan oleh pak Oktavianus Deke, M.Pd. Selanjutnya adalah sambutan dan arahan dari Pengawas TK-SD Kecamatan Loura, namun beliau tidak bisa hadir karena ada kegiatan di tempat lain. Dilanjutkan dengan sambutan dan arahan Kepala LPPM STKIP Weetebula sekaligus membuka seluruh rangkaian kegiatan pelatihan KIT IPA. Selesai acara pembukaan, dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi dan pengenalan alat KIT IPA oleh narasumber yaitu Pak Ferdinandus Bele Sole, M.Pd., selaku ketua pelaksana kegiatan. Acara selanjutnya adalah demonstrasi penggunaan KIT IPA dengan materi Gaya Magnet dan Energi Listrik. Pada sesi ini, bapak ibu guru dalam kelompok mengisi lembar kerja yang sudah disiapkan dan mereka sangat antusias memperhatikan jalannya demostrasi oleh narasumber dan sesekali bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Tahap selanjutnya, guru-guru melakukan investigasi kelompok dengan materi yang berbeda dan kemudian mempresentasikan hasil investigasinya.
Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Kegiatan pelatihan ini mampu memberi solusi alternatif untuk menanggulangi kendala yang menghambat terlaksananya kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA di SD.
- Pelatihan yang telah diselenggarakan mampu meningkatkan pengetahuan dan Keterampilan Guru-guru SD di Kecamatan Loura dalam memanfaatkan KIT IPA dan implementasinya dalam pembelajaran.
- Peserta pelatihan menyambut positif kegiatan ini karena mereka mendapatkan banyak informasi tentang pengetahuan dan keterampilan pemanfaatan KIT IPA.
Kegiatan pelatihan diakhiri dengan evaluasi terkait pelaksanaan kegiatan dan ditutup secara resmi oleh kepala LPPM STKIP Weetebula.
Penulis: Ferdinandus Bele Sole, M.Pd